Indonesia merupakan
negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang tinggi, tidak hanya flora-fauna
tetapi bentang alam dan keanekaragaman budaya yang menyebabkan Indonesia
memegang peranan penting dalam dunia kepariwisataan. Dewasa ini magnet wisata
lebih mengarah kepada kegiatan wisata alam yang menjadikan pendukung untuk
penyelenggaraan wisata di Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia dewasa ini
semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung
dengan adanya program Visit Indonesia sejak tahun 2009 oleh Kementerian
Pariwisata dan Kebudayaan RI. Kegiatan kepariwisataan ini harapannya dapat
memberikan efek posotif terhadap perekonomian Indonesia.
Dataran
Tinggi Dieng (DTD) adalah salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki magnet
wisatawan dengan potensi wisata baik wisata alam, sejarah maupun wisata budaya.
DTD telah lama menjadi daerah tujuan wisata dan telah dikenal oleh wisatawan
domestic maupun mancanegara. Secara administratif, Dataran Tinggi Dieng
terletak di enam kabupaten diantaranya kabupaten wonosobo dan banjarnegara.
Kawasan wisata DTD terletak di puncak gunung dengan ketinggian 2093 mdpl dengan
suhu udaranya berkisar antara 5-150 C (Merlinda 2015). DTD memiliki banyak
objek wisata, salah satu diantaranya yang terkenal adalah wisata Telogo Warno
Telogo Pengilon. Kegiatan wisata yang semakin marak di Dieng telah banyak
menyebabkan perubahan di berbagai aspek pada kehidupan masyarakat, salah
satunya adalah ekonomi.
Gambar 1. Telaga Warna-Pengilon Dieng
Sumber : dokumentasi pribadi
Telaga
Warna merupakan satu-satunya kawasan konservasi yang terletak di Dataran Tinggi
Dieng. Tempat wisata ini ditunjuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No
740/Kpts/Um/11/1978 pada 30 November 1978 dengan luas 39,5 ha. Telaga
Warna-Pengilon merupakan dua buah telaga atau danau yang saling berdekatan.
Telaga Warna merupakan sebuah telaga yang memperlihatkan beberapa warna (khususnya hijau) jika terkena cahaya
matahari. Sedangkan Telaga Pengilon merupakan telaga yang berkilau seperti
pengilon (cermin) jika terkena cahaya matahari. Telaga Warna memiliki beberapa
gua kecil di sekitarnya. Gua-gua tersebut antara lain: Gua Semar dengan panjang
kurang lebih 4 m yang biasa digunakan untuk bermeditasi, Gua Sumur yang
terdapat sumber air suci yang disebut "Tirta Prawitasari" yang biasa
digunakan oleh umat Hindu untuk mengadakan upacara ritual Muspe / Mubakti serta
Gua Jaran. Selain itu, di dalam kawasan TWA Telaga Warna-Pengilon terdapat Kawah
Sikendang.
Penentuan
nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai salah
satu bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin
langka. Nilai total suatu kawasan terdiri atas nilai penggunaan dan nilai non
penggunaan. Nilai penggunaan terdiri dari penggunaan langsung, nilai penggunaan
tidak langsung dan nilai pilihan. Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari
nilai keberadaan dan nilai warisan (Davis 1987).
Nilai
ekonomi telaga warna-pengilon Dieng dapat dilihat dari seberapa besar
pengunjung yang datang. Jumlah wisatawan yang datang rata-rata berdasarkan
penelitian sebelumnya adalah dari Jawa Tengah, namun tak sedikit yang berasal
dari daerah yang lebih jauh. Untuk itu, perkiraan waktu yang dihabiskan dalam
perjalanan dapat diestimasikan yaitu selama 3-4 jam dengan biaya transportasi yang
berupa mobil, motor atau bus sehingga estimasi biaya adalah Rp. 300.000,00 secara rata-rata. Perhitungan
tersebut merupakan salah satu aspek dari valuasi ekonomi telaga warna-pengilon
Dieng, yaitu seberapa besar para wisatawan dapat membayar untuk berada di
wisata telaga warna-pengilon Dieng (Willingness
To Pay).
Sektor
pariwisata telaga warna-pengilon Dieng mampu memberikan manfaat ekonomi
terhadap wilayah Dieng karena sektor ini mampu menyediakan kesempatan baru
dalam jenis pekerjaan, terutama di bidang jasa wisata, selain itu sektor ini
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Dieng sendiri. Hal tersebut
disebabkan karena masuknya perputaran uang di daerah Dieng dan digunakan
masyarakat untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A. et.al. 2002).
Pertumbuhan ekonomi akibat adanya sector wisata telaga warna-pengilon merupakan
salah satu dampak yang ditimbulkan dari adanya tempat wisata, yaitu dampak
ekonomi. Dampak ekonomi terjadi akibat wisatawan yang mengeluarkan biaya di
daerah Dieng. Dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh penduduk meliputi tiga
hal, yaitu : dampak langsung dan dampak tidak langsung.
Dampak
ekonomi langsung yang terjadi di daerah wisata telaga warna-pengilon Dieng
meliputi sejumlah uang yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang diterima
oleh pemilik unit usaha di daerah lokasi wisata. Unit usaha yang ada di objek
wisata telaga warna-pengilon Dieng meliputi warung jajanan, warung kopi, usaha
sewa kuda, souvenir, dan lain-lain. Bagi pemilik unit usaha, penerimaan total
dari unit usaha selanjutnya digunakan kembali untuk menjalankan aktivitas unit
usaha tersebut. Unit usaha membutuhkan bahan baku (input) dalam melakukan
produksinya. Komponen biaya utama dari unit usaha terdiri dari biaya bahan
baku, upah tenaga kerja, biaya transportasi, sewa tempat, kebersihan dan
kebutuhan pangan harian. Sementara dampak ekonomi tidak langsung yang terjadi
di daerah wisata telaga warna-pengilon Dieng dapat dilihat dari aktivitas
perekonomian daerah Dieng yang bergeser kearah jasa. Sebelumnya, masyarakat
daerah Dieng terkonsentrasi pada aktivitas pertanian, kemudian setelah maraknya
wisata Dieng, banyak petani yang bergeser kearah sector jasa penginapan, rumah
makan hingga sector industi souvenir dan makanan khas Dieng, yaitu Carica.
Bergesernya
konsentrasi aktivitas ekonomi masyarakat Dieng dari pertanian ke sector jasa
dapat mempengaruhi lingkungan di daerah Dieng. Aktivitas pertanian yang ada di
Dieng dapat dikatakan sangat intensif hingga hampir seluruh perbukitan yang ada
di Dieng dengan lereng >40% telah menjadi lahan pertanian sayur. Hal
tersebut menyebabkan degradasi lingkungan yang cukup memprihatinkan, terutama
akibat erosi karena tanaman sayur tidak mampu mengikat agregat tanah dengan
baik. Degradasi lingkungan ini dapat menyebabkan penurunan hasil produksi.
Sehingga diharapkan dengan adanya sector wisata, masyarakat daerah Dieng
mengurangi aktivitas pertanian nya.
Sumber :
Davis LS, Johnson KN. 1987. Forest Management. New York : Mc. Graw. Hill Book Company
Merlinda, S.
2015. Pengembangan Taman Wisata Alam
Telogo Warno Telogo Pengilon Berdasarkan Prinsip Sutainable Tourism
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rowe A. John DS,
dan Fiona B. 2002. Travel and Tourism.
Cambridge University Press: United Kingdom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar