Selasa, 22 Mei 2018

VALUASI EKONOMI DAN DAMPAK TELAGA WARNA-PENGILON DAERAH DIENG

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang tinggi, tidak hanya flora-fauna tetapi bentang alam dan keanekaragaman budaya yang menyebabkan Indonesia memegang peranan penting dalam dunia kepariwisataan. Dewasa ini magnet wisata lebih mengarah kepada kegiatan wisata alam yang menjadikan pendukung untuk penyelenggaraan wisata di Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia dewasa ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Visit Indonesia sejak tahun 2009 oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan RI. Kegiatan kepariwisataan ini harapannya dapat memberikan efek posotif terhadap perekonomian Indonesia.

            Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki magnet wisatawan dengan potensi wisata baik wisata alam, sejarah maupun wisata budaya. DTD telah lama menjadi daerah tujuan wisata dan telah dikenal oleh wisatawan domestic maupun mancanegara. Secara administratif, Dataran Tinggi Dieng terletak di enam kabupaten diantaranya kabupaten wonosobo dan banjarnegara. Kawasan wisata DTD terletak di puncak gunung dengan ketinggian 2093 mdpl dengan suhu udaranya berkisar antara 5-150 C (Merlinda 2015). DTD memiliki banyak objek wisata, salah satu diantaranya yang terkenal adalah wisata Telogo Warno Telogo Pengilon. Kegiatan wisata yang semakin marak di Dieng telah banyak menyebabkan perubahan di berbagai aspek pada kehidupan masyarakat, salah satunya adalah ekonomi.
Gambar 1. Telaga Warna-Pengilon Dieng
Sumber : dokumentasi pribadi
            Telaga Warna merupakan satu-satunya kawasan konservasi yang terletak di Dataran Tinggi Dieng. Tempat wisata ini ditunjuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No 740/Kpts/Um/11/1978 pada 30 November 1978 dengan luas 39,5 ha. Telaga Warna-Pengilon merupakan dua buah telaga atau danau yang saling berdekatan. Telaga Warna merupakan sebuah telaga yang memperlihatkan beberapa warna  (khususnya hijau) jika terkena cahaya matahari. Sedangkan Telaga Pengilon merupakan telaga yang berkilau seperti pengilon (cermin) jika terkena cahaya matahari. Telaga Warna memiliki beberapa gua kecil di sekitarnya. Gua-gua tersebut antara lain: Gua Semar dengan panjang kurang lebih 4 m yang biasa digunakan untuk bermeditasi, Gua Sumur yang terdapat sumber air suci yang disebut "Tirta Prawitasari" yang biasa digunakan oleh umat Hindu untuk mengadakan upacara ritual Muspe / Mubakti serta Gua Jaran. Selain itu, di dalam kawasan TWA Telaga Warna-Pengilon terdapat Kawah Sikendang.
            Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka. Nilai total suatu kawasan terdiri atas nilai penggunaan dan nilai non penggunaan. Nilai penggunaan terdiri dari penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung dan nilai pilihan. Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan dan nilai warisan (Davis 1987).
            Nilai ekonomi telaga warna-pengilon Dieng dapat dilihat dari seberapa besar pengunjung yang datang. Jumlah wisatawan yang datang rata-rata berdasarkan penelitian sebelumnya adalah dari Jawa Tengah, namun tak sedikit yang berasal dari daerah yang lebih jauh. Untuk itu, perkiraan waktu yang dihabiskan dalam perjalanan dapat diestimasikan yaitu selama 3-4 jam dengan biaya transportasi yang berupa mobil, motor atau bus sehingga estimasi biaya adalah   Rp. 300.000,00 secara rata-rata. Perhitungan tersebut merupakan salah satu aspek dari valuasi ekonomi telaga warna-pengilon Dieng, yaitu seberapa besar para wisatawan dapat membayar untuk berada di wisata telaga warna-pengilon Dieng (Willingness To Pay).
            Sektor pariwisata telaga warna-pengilon Dieng mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap wilayah Dieng karena sektor ini mampu menyediakan kesempatan baru dalam jenis pekerjaan, terutama di bidang jasa wisata, selain itu sektor ini dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Dieng sendiri. Hal tersebut disebabkan karena masuknya perputaran uang di daerah Dieng dan digunakan masyarakat untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A. et.al. 2002). Pertumbuhan ekonomi akibat adanya sector wisata telaga warna-pengilon merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari adanya tempat wisata, yaitu dampak ekonomi. Dampak ekonomi terjadi akibat wisatawan yang mengeluarkan biaya di daerah Dieng. Dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh penduduk meliputi tiga hal, yaitu : dampak langsung dan dampak tidak langsung.
            Dampak ekonomi langsung yang terjadi di daerah wisata telaga warna-pengilon Dieng meliputi sejumlah uang yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang diterima oleh pemilik unit usaha di daerah lokasi wisata. Unit usaha yang ada di objek wisata telaga warna-pengilon Dieng meliputi warung jajanan, warung kopi, usaha sewa kuda, souvenir, dan lain-lain. Bagi pemilik unit usaha, penerimaan total dari unit usaha selanjutnya digunakan kembali untuk menjalankan aktivitas unit usaha tersebut. Unit usaha membutuhkan bahan baku (input) dalam melakukan produksinya. Komponen biaya utama dari unit usaha terdiri dari biaya bahan baku, upah tenaga kerja, biaya transportasi, sewa tempat, kebersihan dan kebutuhan pangan harian. Sementara dampak ekonomi tidak langsung yang terjadi di daerah wisata telaga warna-pengilon Dieng dapat dilihat dari aktivitas perekonomian daerah Dieng yang bergeser kearah jasa. Sebelumnya, masyarakat daerah Dieng terkonsentrasi pada aktivitas pertanian, kemudian setelah maraknya wisata Dieng, banyak petani yang bergeser kearah sector jasa penginapan, rumah makan hingga sector industi souvenir dan makanan khas Dieng, yaitu Carica.
            Bergesernya konsentrasi aktivitas ekonomi masyarakat Dieng dari pertanian ke sector jasa dapat mempengaruhi lingkungan di daerah Dieng. Aktivitas pertanian yang ada di Dieng dapat dikatakan sangat intensif hingga hampir seluruh perbukitan yang ada di Dieng dengan lereng >40% telah menjadi lahan pertanian sayur. Hal tersebut menyebabkan degradasi lingkungan yang cukup memprihatinkan, terutama akibat erosi karena tanaman sayur tidak mampu mengikat agregat tanah dengan baik. Degradasi lingkungan ini dapat menyebabkan penurunan hasil produksi. Sehingga diharapkan dengan adanya sector wisata, masyarakat daerah Dieng mengurangi aktivitas pertanian nya.



Sumber :

Davis LS, Johnson KN. 1987. Forest Management. New York : Mc. Graw. Hill Book Company
Merlinda, S. 2015. Pengembangan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Berdasarkan Prinsip Sutainable Tourism [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rowe A. John DS, dan Fiona B. 2002. Travel and Tourism. Cambridge University Press: United Kingdom.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar