Wasurenaide
(A sequel from Shelter)
Written by : Farida Prasasti
DR
The memories of you remain, they’re so strong…
I’ll become the wind that wrap gently around
you…
Even though I want to see you so much,
I miss you so much…
Without acknowledging the things that hurt you
deeply,
You just kept on laughing and smiling…
I’ll always remember and cherish that…
I’m right here…don’t forget me~
***
Sore
hari di sebuah perkotaan. Angin dingin bertiup cukup kencang menerpa apa saja
yang dilaluinya, membuat setiap orang yang berada di jalanan bergegas
mengeratkan jaket, coat atau apapun itu yang melekat ditubuh mereka. Satu hal
yang tidak menyenangkan di saat musum gugur adalah temperature yang semakin
menurun berhubung akan datangnya musim dingin.
Lee Yonghee,
seorang gadis yang juga tengah berada di jalanan, tampak berusaha mengeratkan
jaket tebal ditubuhnya, jaket milik Jaejoong, the raining men,pria yang ia
temui minggu lalui, yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Sebuah senyuman
muncul dibibir gadis itu ketika ia melihat sebuah Coffee Shop diseberang jalan.
Well, menunda waktu pulangnya untuk menikmati secangkir coffee latte atau
cappuccino di Coffee Shop itu bukanlah sebuah ide buruk baginya,apalagi di
cuaca yang seperti ini. Setidaknya berada di dalam Coffee Shop tersebut akan
membuat tubuhnya merasa lebih relax dan nyaman.
Yonghee
menjejakkan kakinya di dalam Coffee Shop tersebut dan dengan segera aroma
coffee yang khas menyapa indra penciumannya. Ia mengedarkan pandangannya untuk
mencari spot yang belum terisi di Coffee Shop itu. Sebuah tempat disamping
jendela, tak jauh dari panggung penyanyi akhirnya menjadi pilihannya. Setelah
menyamankan dirinya di spot yang ia pilih, seorang waiter datang
menghampirinya.
“ welcome to
Coffee Cojjee. May I take your order, miss? Or maybe are you still waiting for
your relation?” waiter tersebut menyapanya ramah.
“uh,no thank
you…one coffee latte, please?” sahut Yonghee pada waiter ber name tag Junsu
itu.
“alright! Coffe
latte will be serve in time” Junsu tersenyum lebar dan berbalik pergi.
Sepeninggal
Junsu, Yonghee menyandarkan punggungnya di kursi dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru
Coffee Shop. Sebuah tempat yang elegan dengan interior yang manis dan tertata
rapi. Hal itu membuat suasana didalam Coffee Shop itu lebih nyaman dan cocok
untuk tempat menghabiskan waktu seperti yang saat ini tengah Yonghee lakukan.
Sembari
menunggu pesanannya datang, Yonghee mengeluarkan ponselnya untuk bermain game.
Well, karena ia tidak datang dengan seorang temanpun, jadi tak ada hal lain
yang bisa ia lakukan bukan? Setidaknya itu yang ia pikirkan sebelum alunan
music mengalun dari sudut Coffee Shop. Gadis itu tak akan mengalihkan
pandangannya dari sang ponsel jika hanya mendengar suara intro lagu karena
keberadaan seorang penyanyi ditempat seperti ini bukan hal yang aneh. Ya, tidak
sebelum sebuah suara melodius seperti angel’s voice yang tak mungkin pernah ia lupakan
mengalun bersama music.
Dengan
kecepatan yang mungkin hampir menyamai kilat, Yonghee mengalihkan perhatiannya
ke sumber suara. Disanalah ia mendapati dua orang pria berdiri di stage Coffee
Shop.
‘nemuru anata wa kanashi sou de
warui yume demo miteru youda
boku wa koko dayo tonari ni iruyo
dokoemo mou ikanai
HOW DO I LIVE WITHOUT YOU?’
warui yume demo miteru youda
boku wa koko dayo tonari ni iruyo
dokoemo mou ikanai
HOW DO I LIVE WITHOUT YOU?’
‘Hito wa mina sora wo miru
miagete wa me wo fuseru
itsuka mita aozora wo sagasezu ni nageku kedo
jiyuu sa to wagamama wo surikaete ikite kita
hoshi mo nai yoru no sora
yukuatemo mienai me de samayou’
miagete wa me wo fuseru
itsuka mita aozora wo sagasezu ni nageku kedo
jiyuu sa to wagamama wo surikaete ikite kita
hoshi mo nai yoru no sora
yukuatemo mienai me de samayou’
(Wajahmu terlihat sedih saat kau tidur
Seolah-olah kau sedang bermimpi buruk
Aku disini, disisimu...dan aku tak akan pergi meninggalkanmu
Bagaimana ku bisa hidup tanpamu?
Di dalam langitmu
Kuncilah aku dan hanya aku
Langit biru yang pernah kulihat,
tak bisa kutemukan...membuatku bersedih
Semua orang diatas langit...bagaikan berada di dalam sangkar
kebebasan
Di malam langit tak berbintang
Mataku mengembara karena ku tak bisa menemukan takdirku...)
Yuya Matsushita - Bird
Bait demi bait,
lagu ballad jepang tersebut mengalir dengan lembut dari bibir pria penyanyi,
sementara pria satunya mengiringi sembari bermain piano. Yonghee sama sekali
tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang pria penyanyi. Dirinya seolah
tersihir dengan pria bertubuh tinggi, kulit putih pucat yang kontras dengan
rambut hitam gelapnya, mata doe bulat yang tetap berkilauan meski dari jarak 5
meter serta cherry lip yang mengalunkan suara melodius tersebut.
Yonghee merasa
tubuhnya kaku tak bisa digerakkan sedikitpun, bahkan hanya untuk sekedar
bersuara pun ia tidak mampu. Suaranya seolah tercekat di tenggorokan. Dengan
pandangan tak berkedip gadis itu terus menatap sang penyanyi pria, meresapi
bait demi bait lagu yang ia bawakan hingga berakhir. Ia bahkan tidak sadar saat
pria itu mengucapkan terima kasih dan turun dari stage, menghilang ke bagian
dalam Coffee Shop.
“hey! Apa kau
sedang terpesona dengan penyanyi kami? “ suara waiter bernama Junsu tadi
membawa Yonghee ke alam sadarnya.
“huh!? Uh,
tidak!” Yonghee tertawa gugup.
“ohh,
ayolahh…tak usah sungkan. Semua yang datang kemari juga terpesona
olehnya,”Junsu tersenyum lebar yang dibalas oleh Yonghee dengan tatapan datar.
‘jika kau sudah
tau, mengapa bertanya lagi! Dasar bodoh…’rutuk Yonghee, namun hanya didalam
hati saja. Ia tak menyatakannya dan hanya menampilkan senyuman lima jari.
“junsu-ah!”
Lagi, suara melodius itu menggema di indra pendengaran Yonghee.
Seorang pria dengan sosok bak malaikat dan suara bagai nyanyian surga itu
(uhukkkk =_=) datang menghampiri mereka. Oh,lebih tepatnya menghampiri waiter
bernama Junsu yang tengah berdiri disamping Yonghee.
“oh my! Apa disamping bekerja kau juga selalu menggoda seorang
gadis manis,eh?” tegur pria itu main-main.
“oh,ayolahh jae…kita juga butuh bersosialisasi dengan para
pengunjung,” jawab Junsu asal. “dan lagi, aku tidak sedang menggodanya…karena
gadis ini merupakan penggg-mppphhh…,”kata-kata Junsu terpotong karena Yonghee
dengan sigap membekap mulutnya dengan kedua tangan gadis itu.
“yahhh! Jangan dengarkan dia, Jaejoong-ah!” seru Yonghee dengan
tawa canggung.
“what the-! Tunggu…tunggu..tunggu! bagaimana kau bisa tau nama
lengkap Jae? Orang-orang disini hanya tau nama panggugnya saja,Hero!” seru
junsu setelah ia berhasil membebaskan diri dari bekapan Yonghee.”ohh! atau
jangan bilang kalau kau ternyata salah satu dari secret admirer Jae!?”
lanjutnya heboh.
“tsk, sayang sekali Junsu-ssi! Kau melupakan fakta bahwa ini
adalah pertama kali aku kemari,”cibir Yonghee.
Jaejoong,pria itu hanya memasang wajah datar saat dua orang
manusia itu berseteru seolah tidak menyadari adanya dirinya. Ahh,atau mungkin
dirinya memang tak terlihat oleh dua orang manusia itu? Entahlah!
“ekhemmm!” Jaejoong berdehem sedikit keras, cukup untuk
mengalihkan perhatian Yonghee dan Junsu padanya. “ummm…nona, apa kita pernah
bertemu sebelumnya?” lanjutnya kemudian sembari memiringkan wajahnya ingin tau.
“heee? Kau tidak mengingatku? Bagaimana bisa…padahal kita
bertemu baru dua minggu yang lalu,” Yonghee tersentak, sedikit kecewa
mengetahui Jaejoong tak mengingatnya lagi.
Jaejoong masih tetap diam dengan tampang bodoh menatap Yonghee,
membuat gadis itu ingin segera menyeretnya ke KUA terdekat, oke
tidak…tidak,maksudnya ingin menghapus wajah bodoh di angelic face milik pria di
depannya itu. Kemudian Yonghee mengambil jaket yang semula ia letakkan di
sandaran kursi tempat ia duduk tadi dan menunjukkannya pada Jaejoong.
“dua minggu yang lalu, kita bertemu di halte saat hujan turun.
Kau meminjamkan jaketmu padaku karena aku kedinginan dan saat kau pergi kau
lupa untuk memintanya kembali,” jelas Yonghee mengingatkan kembali akan
pertemuan mereka.
Jaejoong terdiam ditempatnya. Dahinya tampak berkerut dengan
sebelah alisnya naik keatas, memandang Yonghee dan jaket nya bergantian. Hal
itu tentu saja membuat gadis didepannya berkeringat dingin dan ingin mengubur
dirinya saat itu juga apabila pria cantik itu tetap tak mengingatnya. Namun hal
itu hanya ada di bayangan Yonghee saja, mengingat Junsu yang tidak akan membiarkannya
kabur sebelum membayar.
“jadi….apa kau ingat?” Tanya Yonghee hati-hati, mempersiapkan
diri akan segala kemungkinan buruk yang mungkin saja akan terjadi padanya.
“halte? Hujan? Jaket? Anak sekolah…,”Jaejoong menghentikan
ucapannya,”ahh! Aku ingat! Kau gadis yang berpikir bahwa hujan adalah saat
terbaik untuk tidur kan?”serunya tiba-tiba dengan senyum lebar terpasang di
wajahnya.
Ucapan Jaejoong yang terakhir sukses membuat kegembiraan Yonghee
menguap dan menyisakan senyum kaku saat mendengarnya. Well, mendapati pria
didepannya bisa mengingatnya lagi itu memang melegakan, tapi mengapa dari semua
hal yang mereka pernah bicarakan justru pembicaraan tentang ‘hal mulia’ yang
dilakukan Yonghee saja yang diingatnya? Tidak adakah hal yang mungkin
setidaknya lebih keren tentang Yonghee yang menyangkut di pikirannya?
“oh my god! Ternyata kau gadis itu ya! Jadi…apa kau kemari untuk
mengembalikan jaketku? “ Tanya Jaejoong antusias.
“ahahahhh..well, sebenarnya aku kemari secara kebetulan saja
karena cuaca dingin dan aku ingin meminum segelas coffee latte.” Yonghee
menggaruk rambutnya yang sama sekali tak gatal, canggung.
“oh my! Saying sekali, padahal aku berharap kau sengaja datang
kemari untuk menemuiku dan memberikan jaket ku yang tertinggal” Jaejoong
memasang wajah sedih yang tentu saja itu adalah palsu to the max, mengingat
Jaejoong bahkan tadi lupa identitas Yonghee.
“ah tapi sudahlah, yang penting jaketku kembali,” lanjutnya
dengan senyum lebar yang kemudian membuat Yonghee ingin terkunci dalam manisnya
senyuman itu, eaaaa!
“well, baiklah
ini, terimakasih ya sebelumnya” Yonghee tersenyum dan menyodorkan jaket pri
didepannya tersebut.
“aku
benar-benar tertolong, hari ini aku tidak membawa jaket, terimakasih dewi ku!
Ngomong-ngomong aku harus pergi dulu,byeee! See you next time here!” Jaejoong
melambaikan tangan dan bergegas kembali lagi kedalam café.
Yonghee hanya
tersenyum seperti orang bodoh, karena terpikat oleh senyuman dari seorang Kim
Jaejoong tadi. Namun, gerutuan Junsu membuatnya mengalihkan focus pada waiter
chubby itu.
“tsk, seperti
biasa, ia hanya datang dan pergi, kemudian lupa menyampaikan apa yang mau ia
sampaikan”
“hee? Apa
maksudmu, Junsu-ssi?” Yonghee memiringkan kepalanya tidak mengerti.
“ahh sudahlah
lupakan. Ngomong-ngomong, seminggu yang lalu Jaejoong datang hamper mati
kedinginan karena hanya menggunakan kaos tipis ditengah udara dingin, ternyata
jaketnya tertinggal padamu tohh” Junsu tertawa geli.
“tertinggal
padaku maksudnya?”
#FLASHBACK 1 MINGGU YANG LALU
“see you at the
next rainy day”
Setelah mengucapkan salam perpisahan pada Yonghee, Jaejoong
bergegas pergi menembus dinginnya udara di sore hari. Langkah kakinya ia
usahakan selebar mungkin, bahkan ia sempat berpikir andai saja dirinya adalah
Superman yang mampu terbang dan dalam sekejap sampai di Coffee Shop tempat ia
bekerja. Ia sudah telat 10 menit karena hujan, dan ia tak mau membayangkan
manager nya mengetahui fakta bahwa ia terlambat. Well, bukan karena managernya
galak atau jahat yang tega memecat karyawan nya hanya karena telat 1 menit 35
detik 46 milidetik. Bukan, bukan itu! Tapi karena ia tak mau mendengarkan
carita pengalaman kebanggaan manager nya ketika muda selama berjam-jam.
Memiliki manager dengan usia diatas 60 tahun memang menyulitkan terkadang.
“Hatchoooooooo!”
Jaejoong mendekapkan tangannya ke tubuhnya karena tiba-tiba
angina dingin menerpa kulitnya secara langsung tanpa embel-embel alias
penghalang apapun. Sesampainya ia di Coffee Shop, Jaejoong langsung collapse
dan hamper mengalami hipotermia.
“Kim Jaejoong!
Just what are you trying to do? Did you plan to kill yourself? Are you a stupid
to only wear a single shirt in this
super cold day?” Junsu panic saat teman kerja nya tersebut tiba-tiba datang
dengan tubuh yang hamper beku.
“brrrrr….Junsu-ahh….aku
melihat cahaya terang” Jaejoong menggumam “ohh, ada ibu dan ayah disanaa”
celotehnya lagi seraya tersenyum.
PLETAKKK!
“dasar bodohh!
Mereka sudah meninggal, bodoh! Kau pikir ini semacam anime Jepang dimana aku
bisa menarik kembali nyawamu yang hampir memasuki gerbang kematian semudah
menjejalkan gombal pada karung?” umpat Junsu seiring munculnya segiempat
imajiner di jidatnya. “Lagipula orang bodoh mana yang tidak membawa jaket dan
malah hanya memakai kaos tipis begini. Apa kau pikir kau ini seorang iblis atau
apa yang tidak terpengaruh temperature?”omelan demi omelan terus Junsu
lemparkan sembari membuat teman kerjanya itu sedikit merasakan kehangatan (?),
oke maksudnya menhilangkan gejala hipotermia dari si bodoh Kim Jaejoong.
“entahlah,
seingatku aku memakai jaketku tadi. Hanya saja ditengah jalan menuju kemari,
jaketku tiba-tiba hilang” sahut Jaejoong polos. “ apa mungkin jaketku terbang
ditiup angin?” pikirnya sembari menatap Junsu.
“mana aku tau,
bodoh! Sudahlah, segera hangatkan dirimu dan hari ini kau tidak usah tampil.
Kau beruntung manager sedang kedatangan cucu nya, jadi ia tak ada di Coffee
Shop saat ini”
“baiklah,
terimakasih my lovely junsuu. Aku selalu mencintaimu” Jaejoong tersenyum lebar
sembari memeluk Junsu.
“gzzzzz,
hentikan kebiasaan itu. Orang bisa salah sangka nanti -_-“ Junsu mendorong
Jaejoong dengan keras sehingga pria tersebut jatuh dengan tidak elite nya di
sofa. “baiklah, aku lanjut bekerja dulu,”
#END OF FLASHBACK
“jadi,
begitulah ceritanya” Junsu menyudahi cerita nya tentang apa yang terjadi minggu
lalu.
“jadi…jadi…Jaejoong
bukannya sengaja meninggalkan jaketnya padaku? Tapi ia memang lupa kalau ia
meminjamkan jaketnya ?” Yonghee shock dan tidak mampu berkata-kata.
“ahahaha, benar
sekali. Well, sebenarnya bagaimana ya aku harus menjelaskannya? Hm, Jaejoong
sedikit pelupa yang akut. Ia cenderung melupakan orang-orang yang ia temui
bahkan apa yang terjadi padanya meskipun hanya dalam hitungan menit semenjak 4
tahun yang lalu. Untuk itu, setiap agenda pentingnya harus ia catat dengan baik
agar ia tidak lupa” Jelas Junsu.
“apa maksudnya
sejak 4 tahun lalu?” Yonghee menatap Junsu ingin tau.
“nah…nah,
that’s a secret my lady.” Junsu mengedipkan sebelah matanya “ah, aku harus
melayani pengunjung yang lain. Byee Yonghee-ssi, kuharap kau datang lagi
kemari” Junsu tersenyum menggoda dan kemudian menghilang dari hadapan Yonghee.
Yonghee
menunduk menatap cangkir Coffee Latte nya yang mulai dingin.
“dilupakan
orang itu rasanya sedingin ini yaa….” Gumam Yonghee sembari mengusap lengannya yang
tidak terbungkus apapun, dingin, penghangat Coffee Shop itu seolah tak cukup
untuk mengusir udara dingin yang menusuk kulitnya hingga setiap persendiannya.
“tapi…apabila ia tak mampu mengingatku, maka aku yang akan membuatnya tak mampu
untuk melupakanku. After all, I am just one hell of a teenage girl in her
puberty” Yonghee tertawa kecil sebelum kemudian ia bangkit meninggalkan Coffee
Shop tersebut. tentunya setelah membayar Coffee Latte nya.
‘hujan akan
mengembalikan semua memory mu dan kemudian menghapusnya seperti ia menghapus
debu di jalanan’
Ucapan Jaejoong
terngiang di kepala gadis itu. Ucapan yang sebenarnya terdengar sederhana,
namun penuh dengan kesedihan mengingat Jaejoong lah yang mengatakannya.
Seolah-olah pria itu menderita dengan dirinya yang selalu melupakan apapun dan
siapapun meski ia tak menginginkannya. Yonghee mendesah, di satu sisi, dunia
penuh dengan orang yang berusaha melupakan masa lalu mereka dengan berbagai
alasan, namun di sisi lain, terdapat orang yang menderita karena begitu
mudahnya melupakan apapun di hidupnya. Betapa ironisnya sebuah dunia.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar