Sabtu, 09 April 2016

WASURENAIDE (DON'T FORGET ME)

Wasurenaide
(A sequel from Shelter)
Written by : Farida Prasasti DR

The memories of you remain, they’re so strong…
I’ll become the wind that wrap gently around you…
Even though I want to see you so much,
I miss you so much…
Without acknowledging the things that hurt you deeply,
You just kept on laughing and smiling…
I’ll always remember and cherish that…
I’m right here…don’t forget me~
***


                Sore hari di sebuah perkotaan. Angin dingin bertiup cukup kencang menerpa apa saja yang dilaluinya, membuat setiap orang yang berada di jalanan bergegas mengeratkan jaket, coat atau apapun itu yang melekat ditubuh mereka. Satu hal yang tidak menyenangkan di saat musum gugur adalah temperature yang semakin menurun berhubung akan datangnya musim dingin.
            Lee Yonghee, seorang gadis yang juga tengah berada di jalanan, tampak berusaha mengeratkan jaket tebal ditubuhnya, jaket milik Jaejoong, the raining men,pria yang ia temui minggu lalui, yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Sebuah senyuman muncul dibibir gadis itu ketika ia melihat sebuah Coffee Shop diseberang jalan. Well, menunda waktu pulangnya untuk menikmati secangkir coffee latte atau cappuccino di Coffee Shop itu bukanlah sebuah ide buruk baginya,apalagi di cuaca yang seperti ini. Setidaknya berada di dalam Coffee Shop tersebut akan membuat tubuhnya merasa lebih relax dan nyaman.
            Yonghee menjejakkan kakinya di dalam Coffee Shop tersebut dan dengan segera aroma coffee yang khas menyapa indra penciumannya. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari spot yang belum terisi di Coffee Shop itu. Sebuah tempat disamping jendela, tak jauh dari panggung penyanyi akhirnya menjadi pilihannya. Setelah menyamankan dirinya di spot yang ia pilih, seorang waiter datang menghampirinya.
            “ welcome to Coffee Cojjee. May I take your order, miss? Or maybe are you still waiting for your relation?” waiter tersebut menyapanya ramah.
            “uh,no thank you…one coffee latte, please?” sahut Yonghee pada waiter ber name tag Junsu itu.
            “alright! Coffe latte will be serve in time” Junsu tersenyum lebar dan berbalik pergi.
            Sepeninggal Junsu, Yonghee menyandarkan punggungnya di kursi  dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru Coffee Shop. Sebuah tempat yang elegan dengan interior yang manis dan tertata rapi. Hal itu membuat suasana didalam Coffee Shop itu lebih nyaman dan cocok untuk tempat menghabiskan waktu seperti yang saat ini tengah Yonghee lakukan.
            Sembari menunggu pesanannya datang, Yonghee mengeluarkan ponselnya untuk bermain game. Well, karena ia tidak datang dengan seorang temanpun, jadi tak ada hal lain yang bisa ia lakukan bukan? Setidaknya itu yang ia pikirkan sebelum alunan music mengalun dari sudut Coffee Shop. Gadis itu tak akan mengalihkan pandangannya dari sang ponsel jika hanya mendengar suara intro lagu karena keberadaan seorang penyanyi ditempat seperti ini bukan hal yang aneh. Ya, tidak sebelum sebuah suara melodius seperti angel’s voice yang tak mungkin pernah ia lupakan mengalun bersama music.
            Dengan kecepatan yang mungkin hampir menyamai kilat, Yonghee mengalihkan perhatiannya ke sumber suara. Disanalah ia mendapati dua orang pria berdiri di stage Coffee Shop.
‘nemuru anata wa kanashi sou de
warui yume demo miteru youda
boku wa koko dayo tonari ni iruyo
dokoemo mou ikanai
HOW DO I LIVE WITHOUT YOU?’
‘Hito wa mina sora wo miru
miagete wa me wo fuseru
itsuka mita aozora wo sagasezu ni nageku kedo
jiyuu sa to wagamama wo surikaete ikite kita
hoshi mo nai yoru no sora
yukuatemo mienai me de samayou’
(Wajahmu terlihat sedih saat kau tidur
Seolah-olah kau sedang bermimpi buruk
Aku disini, disisimu...dan aku tak akan pergi meninggalkanmu
Bagaimana ku bisa hidup tanpamu?

Di dalam langitmu
Kuncilah aku dan hanya aku
Langit biru yang pernah kulihat,
tak bisa kutemukan...membuatku bersedih
Semua orang diatas langit...bagaikan berada di dalam sangkar kebebasan
Di malam langit tak berbintang
Mataku mengembara karena ku tak bisa menemukan takdirku...)

Yuya Matsushita - Bird

            Bait demi bait, lagu ballad jepang tersebut mengalir dengan lembut dari bibir pria penyanyi, sementara pria satunya mengiringi sembari bermain piano. Yonghee sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang pria penyanyi. Dirinya seolah tersihir dengan pria bertubuh tinggi, kulit putih pucat yang kontras dengan rambut hitam gelapnya, mata doe bulat yang tetap berkilauan meski dari jarak 5 meter serta cherry lip yang mengalunkan suara melodius tersebut.
            Yonghee merasa tubuhnya kaku tak bisa digerakkan sedikitpun, bahkan hanya untuk sekedar bersuara pun ia tidak mampu. Suaranya seolah tercekat di tenggorokan. Dengan pandangan tak berkedip gadis itu terus menatap sang penyanyi pria, meresapi bait demi bait lagu yang ia bawakan hingga berakhir. Ia bahkan tidak sadar saat pria itu mengucapkan terima kasih dan turun dari stage, menghilang ke bagian dalam Coffee Shop.
            “hey! Apa kau sedang terpesona dengan penyanyi kami? “ suara waiter bernama Junsu tadi membawa Yonghee ke alam sadarnya.
            “huh!? Uh, tidak!” Yonghee tertawa gugup.
            “ohh, ayolahh…tak usah sungkan. Semua yang datang kemari juga terpesona olehnya,”Junsu tersenyum lebar yang dibalas oleh Yonghee dengan tatapan datar.
            ‘jika kau sudah tau, mengapa bertanya lagi! Dasar bodoh…’rutuk Yonghee, namun hanya didalam hati saja. Ia tak menyatakannya dan hanya menampilkan senyuman lima jari.
            “junsu-ah!”
Lagi, suara melodius itu menggema di indra pendengaran Yonghee. Seorang pria dengan sosok bak malaikat dan suara bagai nyanyian surga itu (uhukkkk =_=) datang menghampiri mereka. Oh,lebih tepatnya menghampiri waiter bernama Junsu yang tengah berdiri disamping Yonghee.
“oh my! Apa disamping bekerja kau juga selalu menggoda seorang gadis manis,eh?” tegur pria itu main-main.
“oh,ayolahh jae…kita juga butuh bersosialisasi dengan para pengunjung,” jawab Junsu asal. “dan lagi, aku tidak sedang menggodanya…karena gadis ini merupakan penggg-mppphhh…,”kata-kata Junsu terpotong karena Yonghee dengan sigap membekap mulutnya dengan kedua tangan gadis itu.
“yahhh! Jangan dengarkan dia, Jaejoong-ah!” seru Yonghee dengan tawa canggung.
“what the-! Tunggu…tunggu..tunggu! bagaimana kau bisa tau nama lengkap Jae? Orang-orang disini hanya tau nama panggugnya saja,Hero!” seru junsu setelah ia berhasil membebaskan diri dari bekapan Yonghee.”ohh! atau jangan bilang kalau kau ternyata salah satu dari secret admirer Jae!?” lanjutnya heboh.
“tsk, sayang sekali Junsu-ssi! Kau melupakan fakta bahwa ini adalah pertama kali aku kemari,”cibir Yonghee.
Jaejoong,pria itu hanya memasang wajah datar saat dua orang manusia itu berseteru seolah tidak menyadari adanya dirinya. Ahh,atau mungkin dirinya memang tak terlihat oleh dua orang manusia itu? Entahlah!
“ekhemmm!” Jaejoong berdehem sedikit keras, cukup untuk mengalihkan perhatian Yonghee dan Junsu padanya. “ummm…nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” lanjutnya kemudian sembari memiringkan wajahnya ingin tau.
“heee? Kau tidak mengingatku? Bagaimana bisa…padahal kita bertemu baru dua minggu yang lalu,” Yonghee tersentak, sedikit kecewa mengetahui Jaejoong tak mengingatnya lagi.
Jaejoong masih tetap diam dengan tampang bodoh menatap Yonghee, membuat gadis itu ingin segera menyeretnya ke KUA terdekat, oke tidak…tidak,maksudnya ingin menghapus wajah bodoh di angelic face milik pria di depannya itu. Kemudian Yonghee mengambil jaket yang semula ia letakkan di sandaran kursi tempat ia duduk tadi dan menunjukkannya pada Jaejoong.
“dua minggu yang lalu, kita bertemu di halte saat hujan turun. Kau meminjamkan jaketmu padaku karena aku kedinginan dan saat kau pergi kau lupa untuk memintanya kembali,” jelas Yonghee mengingatkan kembali akan pertemuan mereka.
Jaejoong terdiam ditempatnya. Dahinya tampak berkerut dengan sebelah alisnya naik keatas, memandang Yonghee dan jaket nya bergantian. Hal itu tentu saja membuat gadis didepannya berkeringat dingin dan ingin mengubur dirinya saat itu juga apabila pria cantik itu tetap tak mengingatnya. Namun hal itu hanya ada di bayangan Yonghee saja, mengingat Junsu yang tidak akan membiarkannya kabur sebelum membayar.
“jadi….apa kau ingat?” Tanya Yonghee hati-hati, mempersiapkan diri akan segala kemungkinan buruk yang mungkin saja akan terjadi padanya.
“halte? Hujan? Jaket? Anak sekolah…,”Jaejoong menghentikan ucapannya,”ahh! Aku ingat! Kau gadis yang berpikir bahwa hujan adalah saat terbaik untuk tidur kan?”serunya tiba-tiba dengan senyum lebar terpasang di wajahnya.
Ucapan Jaejoong yang terakhir sukses membuat kegembiraan Yonghee menguap dan menyisakan senyum kaku saat mendengarnya. Well, mendapati pria didepannya bisa mengingatnya lagi itu memang melegakan, tapi mengapa dari semua hal yang mereka pernah bicarakan justru pembicaraan tentang ‘hal mulia’ yang dilakukan Yonghee saja yang diingatnya? Tidak adakah hal yang mungkin setidaknya lebih keren tentang Yonghee yang menyangkut di pikirannya?
“oh my god! Ternyata kau gadis itu ya! Jadi…apa kau kemari untuk mengembalikan jaketku? “ Tanya Jaejoong antusias.
“ahahahhh..well, sebenarnya aku kemari secara kebetulan saja karena cuaca dingin dan aku ingin meminum segelas coffee latte.” Yonghee menggaruk rambutnya yang sama sekali tak gatal, canggung.
“oh my! Saying sekali, padahal aku berharap kau sengaja datang kemari untuk menemuiku dan memberikan jaket ku yang tertinggal” Jaejoong memasang wajah sedih yang tentu saja itu adalah palsu to the max, mengingat Jaejoong bahkan tadi lupa identitas Yonghee.
“ah tapi sudahlah, yang penting jaketku kembali,” lanjutnya dengan senyum lebar yang kemudian membuat Yonghee ingin terkunci dalam manisnya senyuman itu, eaaaa!
            “well, baiklah ini, terimakasih ya sebelumnya” Yonghee tersenyum dan menyodorkan jaket pri didepannya tersebut.
            “aku benar-benar tertolong, hari ini aku tidak membawa jaket, terimakasih dewi ku! Ngomong-ngomong aku harus pergi dulu,byeee! See you next time here!” Jaejoong melambaikan tangan dan bergegas kembali lagi kedalam cafĂ©.
            Yonghee hanya tersenyum seperti orang bodoh, karena terpikat oleh senyuman dari seorang Kim Jaejoong tadi. Namun, gerutuan Junsu membuatnya mengalihkan focus pada waiter chubby itu.
            “tsk, seperti biasa, ia hanya datang dan pergi, kemudian lupa menyampaikan apa yang mau ia sampaikan”
            “hee? Apa maksudmu, Junsu-ssi?” Yonghee memiringkan kepalanya tidak mengerti.
            “ahh sudahlah lupakan. Ngomong-ngomong, seminggu yang lalu Jaejoong datang hamper mati kedinginan karena hanya menggunakan kaos tipis ditengah udara dingin, ternyata jaketnya tertinggal padamu tohh” Junsu tertawa geli.
            “tertinggal padaku maksudnya?”
#FLASHBACK 1 MINGGU YANG LALU
            “see you at the next rainy day”
Setelah mengucapkan salam perpisahan pada Yonghee, Jaejoong bergegas pergi menembus dinginnya udara di sore hari. Langkah kakinya ia usahakan selebar mungkin, bahkan ia sempat berpikir andai saja dirinya adalah Superman yang mampu terbang dan dalam sekejap sampai di Coffee Shop tempat ia bekerja. Ia sudah telat 10 menit karena hujan, dan ia tak mau membayangkan manager nya mengetahui fakta bahwa ia terlambat. Well, bukan karena managernya galak atau jahat yang tega memecat karyawan nya hanya karena telat 1 menit 35 detik 46 milidetik. Bukan, bukan itu! Tapi karena ia tak mau mendengarkan carita pengalaman kebanggaan manager nya ketika muda selama berjam-jam. Memiliki manager dengan usia diatas 60 tahun memang menyulitkan terkadang.  
            “Hatchoooooooo!”
Jaejoong mendekapkan tangannya ke tubuhnya karena tiba-tiba angina dingin menerpa kulitnya secara langsung tanpa embel-embel alias penghalang apapun. Sesampainya ia di Coffee Shop, Jaejoong langsung collapse dan hamper mengalami hipotermia.
            “Kim Jaejoong! Just what are you trying to do? Did you plan to kill yourself? Are you a stupid to only wear  a single shirt in this super cold day?” Junsu panic saat teman kerja nya tersebut tiba-tiba datang dengan tubuh yang hamper beku.
            “brrrrr….Junsu-ahh….aku melihat cahaya terang” Jaejoong menggumam “ohh, ada ibu dan ayah disanaa” celotehnya lagi seraya tersenyum.
            PLETAKKK!
            “dasar bodohh! Mereka sudah meninggal, bodoh! Kau pikir ini semacam anime Jepang dimana aku bisa menarik kembali nyawamu yang hampir memasuki gerbang kematian semudah menjejalkan gombal pada karung?” umpat Junsu seiring munculnya segiempat imajiner di jidatnya. “Lagipula orang bodoh mana yang tidak membawa jaket dan malah hanya memakai kaos tipis begini. Apa kau pikir kau ini seorang iblis atau apa yang tidak terpengaruh temperature?”omelan demi omelan terus Junsu lemparkan sembari membuat teman kerjanya itu sedikit merasakan kehangatan (?), oke maksudnya menhilangkan gejala hipotermia dari si bodoh Kim Jaejoong.
            “entahlah, seingatku aku memakai jaketku tadi. Hanya saja ditengah jalan menuju kemari, jaketku tiba-tiba hilang” sahut Jaejoong polos. “ apa mungkin jaketku terbang ditiup angin?” pikirnya sembari menatap Junsu.
            “mana aku tau, bodoh! Sudahlah, segera hangatkan dirimu dan hari ini kau tidak usah tampil. Kau beruntung manager sedang kedatangan cucu nya, jadi ia tak ada di Coffee Shop saat ini”
            “baiklah, terimakasih my lovely junsuu. Aku selalu mencintaimu” Jaejoong tersenyum lebar sembari memeluk Junsu.
            “gzzzzz, hentikan kebiasaan itu. Orang bisa salah sangka nanti -_-“ Junsu mendorong Jaejoong dengan keras sehingga pria tersebut jatuh dengan tidak elite nya di sofa. “baiklah, aku lanjut bekerja dulu,”
#END OF FLASHBACK
            “jadi, begitulah ceritanya” Junsu menyudahi cerita nya tentang apa yang terjadi minggu lalu.
            “jadi…jadi…Jaejoong bukannya sengaja meninggalkan jaketnya padaku? Tapi ia memang lupa kalau ia meminjamkan jaketnya ?” Yonghee shock dan tidak mampu berkata-kata.
            “ahahaha, benar sekali. Well, sebenarnya bagaimana ya aku harus menjelaskannya? Hm, Jaejoong sedikit pelupa yang akut. Ia cenderung melupakan orang-orang yang ia temui bahkan apa yang terjadi padanya meskipun hanya dalam hitungan menit semenjak 4 tahun yang lalu. Untuk itu, setiap agenda pentingnya harus ia catat dengan baik agar ia tidak lupa” Jelas Junsu.
            “apa maksudnya sejak 4 tahun lalu?” Yonghee menatap Junsu ingin tau.
            “nah…nah, that’s a secret my lady.” Junsu mengedipkan sebelah matanya “ah, aku harus melayani pengunjung yang lain. Byee Yonghee-ssi, kuharap kau datang lagi kemari” Junsu tersenyum menggoda dan kemudian menghilang dari hadapan Yonghee.
            Yonghee menunduk menatap cangkir Coffee Latte nya yang mulai dingin.
            “dilupakan orang itu rasanya sedingin ini yaa….” Gumam Yonghee sembari mengusap lengannya yang tidak terbungkus apapun, dingin, penghangat Coffee Shop itu seolah tak cukup untuk mengusir udara dingin yang menusuk kulitnya hingga setiap persendiannya. “tapi…apabila ia tak mampu mengingatku, maka aku yang akan membuatnya tak mampu untuk melupakanku. After all, I am just one hell of a teenage girl in her puberty” Yonghee tertawa kecil sebelum kemudian ia bangkit meninggalkan Coffee Shop tersebut. tentunya setelah membayar Coffee Latte nya.
            ‘hujan akan mengembalikan semua memory mu dan kemudian menghapusnya seperti ia menghapus debu di jalanan’
            Ucapan Jaejoong terngiang di kepala gadis itu. Ucapan yang sebenarnya terdengar sederhana, namun penuh dengan kesedihan mengingat Jaejoong lah yang mengatakannya. Seolah-olah pria itu menderita dengan dirinya yang selalu melupakan apapun dan siapapun meski ia tak menginginkannya. Yonghee mendesah, di satu sisi, dunia penuh dengan orang yang berusaha melupakan masa lalu mereka dengan berbagai alasan, namun di sisi lain, terdapat orang yang menderita karena begitu mudahnya melupakan apapun di hidupnya. Betapa ironisnya sebuah dunia.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar