Ditulis oleh : Farida
Prasasti D.R
April 2016, waktu untuk kelulusan
bagi siswa SMA dan sederajat serta tentunya waktu untuk penerimaan mahasiswa
baru semakin dekat. Saat-saat seperti ini adalah ketika siswa mulai bingung
dalam menetapkan hati nya untuk universitas yang akan mereka kejar. Pertimbangan
demi pertimbangan pasti akan terjadi dalam pemilihan kampus yang akan dituju. Mulai
dari akreditas kampus, akreditas fakultas, lapangan pekerjaan yang akan
didapat, biaya hidup di wilayah yang bersangkutan hingga pergaulan yang menanti
di kampus tujuan. Mayoritas pertimbangan yang diberikan oleh orang tua dari
siswa akan mengacu pada pergaulan dan biaya hidup di daerah kampus tujuan.
Belakangan
ini banyak kasus yang mana bersangkutan dengan para mahasiswa. Dari mulai kasus
kriminal biasa hingga keterlibatan NAPZA. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Sebuah pertanyaan yang banyak melintasi benak setiap orang. Bukankah seorang
mahasiswa merupakan individu yang terpelajar? Bukankah mahasiswa merupakan
sosok yang matang dalam hal norma dan etika? Pertanyaan demi pertanyaan
tersebut sebenarnya hanya berujung pada satu pokok permasalahan yang banyak
terjadi di berbagai universitas di Indonesia,baik negeri maupun swasta.
Banyak
orang beranggapan bahwa kehidupan sebagai mahasiswa itu lebih bebas dan tanpa
kekangan berbagai aturan yang biasanya dijumpai dilingkungan sekolah. Seorang
mahasiswa tidak harus memakai seragam. Mahasiswa tidak harus datang ke kampus
pukul 7 pagi. Mahasiswa tidak harus stand by disekolah 6 hari dalam satu
minggu. Singkat kata, kehidupan mahasiswa itu lebih longgar dan bebas dibanding
kehidupan sekolah.
Hal
itulah yang akhirnya membuat beberapa mahasiswa terlena dan lupa bahwa disetiap
tempat pasti selalu ada aturan yang berlaku. Dalam hal ini adalah tata perilaku
mahasiswa. Hampir semua kampus atau universitas di Indonesia memiliki yang namanya
aturan tata perilaku mahasiswa,dan itu tidak diragukan lagi. Namun, yang jadi
pertanyaan adalah, apakah semua kampus tersebut menerapkan aturan tersebut
dengan baik dan konsisten? Apakah mahasiswa nya menuruti dan mengaplikasikan
nya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai seorang mahasiswa?
Bagi
seorang mahasiswa baru, kehidupan kampus adalah kehidupan yang jauh berbeda
dengan kehidupan akademik mereka sebelumnya. Adanya sebuah peraturan yang
mengatur tentang tata perilaku mereka merupakan hal yang sangat efisien karena
dengan begitu mereka tidak akan kehilangan kendali. Semua hal yang terdapat
dalam aturan tersebut sudah pasti memiliki tujuan dan manfaat yang baik. Namun,
seperti kata pepatah yang sering terdengar, “peraturan dibuat untuk
dilanggar”. Itulah yang kemudian sedang
menjadi fenomena bagi sebagian mahasiswa sekarang.
Lalu,
sebenarnya apa yang salah dengan peristiwa tersebut? Apakah aturannya yang
kurang jelas? Atau mungkin poin-poin dan sanksi yang menanti kurang
“mengancam”? sebenarnya tidak! Yang salah dari itu adalah dari cara
penerapannya. Mengapa demikian? Baiklah, mari kita simak beberapa hal yang mau
tidak mau banyak menjadi fakta sekarang.
Saat
ini aturan seolah-olah hanya berlaku pada mahasiswa baru saja,sedangkan bagi
para mahasiswa senior aturan hanya menjadi angin lalu,apalagi untuk senior yang
“betah” tinggal di kampus hingga lebih dari 5 tahun. Slogan bahwa “senior tidak
pernah salah, jika senior salah maka kembali lagi ke awal!”, sudah bukan hal
yang mengherankan lagi. Dan itulah yang justru merusak sistem penerapan
tata perilaku mahasiswa.
Seorang
adik pasti berkaca pada kakak nya. Begitu juga dengan mahasiswa. Apabila
mahasiswa senior nya banyak yang tidak mengindahkan aturan, maka secara otomatis
mahasiswa baru pun akan banyak yang terpengaruh. Dengan demikian, dalam
penerapan tata perilaku mahasiswa dalam kehidupan sebagai mahasiswa seharusnya
dimulai dari mahasiswa yang sudah ada atau senior. Jika senior menerapkan,
apalah arti dari seorang junior untuk melanggarnya? Ringan atau beratnya sanksi
yang diberikan bukan menjadi tolak ukur untuk sebuah aturan agar dipatuhi dan
diterapkan oleh mahasiswa. Yang
diperlukan adalah bagaimana cara melatih dan membuat mahasiswa yang ada agar
tetap konsisten melaksanakan dan menerapkan tata perilaku mereka sebagai
seorang mahasiswa. Seperti kata pepatah “memelihara lebih sulit daripada
menumbuhkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar