Jumat, 08 April 2016

HAMENGKUBUWONO IX

HAMENGKUBUWONO IX
(ESSAY KEPEMIMINAN TOKOH IDOLA)


            Seorang tokoh idola adalah seseorang yang mampu menginspirasi dan menjadi teladan bagi orang-orang yang mengidolakannya. Baik atau buruk nya tokoh idola tersebut akan tercermin dari orang-orang yang mengidolakan tokoh tersebut. Ironisnya, ketika remaja saat ini ditanya siapa tokoh idola mereka, sebagian besar dari mereka akan menjawab nya dengan tokoh-tokoh dunia hiburan, yang bahkan bukan berasal dari negara Indonesia sendiri. Amat jarang dari mereka yang mengidolakan seorang tokoh lokal. Padahal apabila ditelusuri lebih jauh, sumbangsih tokoh-tokoh lokal untuk negara Indonesia ini sejak masa perjuangan hingga terbentuknya NKRI sangatlah besar.
Sementara  itu, apa yang sudah para tokoh idola remaja masa kini lakukan atau berikan untuk Indonesia kita tercinta? Oleh sebab itu lah, disini saya akan membahas salah satu tokoh lokal idola saya, yaitu sultan Hamengkubono IX.
Beliau lahir di Yogyakarta, pada 12 April 1912. Wafat di Amerika Serikat, pada 3 Oktober 1988 dan dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta. Ia adalah Raja Yogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyan Dalem Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panata Gama yang dinobatkan pada bulan Maret 1940. Sri Sultan yang memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Dorodjatun adalah seorang yang berpendirian tegas dan nasionalis sejati. Dua hari setelah proklamasi Sri Sultan mengirimkan telegram ucapan selamat kepada Soekarno Hatta dan menyatakan bahwa kerajaan Yogyakarta adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian diikuti oleh raja-raja Surakarta yakni Paku Alaman dan Mangkunenggaran pada tanggal 1 September 1945.
Sosok seorang pemimpin yang ikhlas dan tanpa pamrih memang tergambar jelas dalam diri beliau. Meski ia seorang raja, jiwa besar Sri Sultan Nampak ketika ia ikhlas dan tanpa pamrih menerima jabatan sebagai Menteri Negara demi kepentingan rakyat banyak. Yogyakarta kemudian ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara dengan pertimbangan keamanannya lebih baik daripada Jakarta. Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah tokoh yang turut membantu perjuangan pergerakan Indonesial. Beliau membiayai dan memberikan tenaga dan pikiran beliau saat ibu kota NKRIdipindahkan ke Yogyakarta. Banyak sumbangsih yang telah beliau berikan pada saat itu. Bahkan saat pelantikan presiden RIS (Republik Indonesia Serikat), beliau bersedia menyediakan  tempat di keratin Yogyakarta, yaitu di sithinggil.
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang merakyat dan tidak haus kekuasaan. Sri sultan adalah contoh nyata dari sosok tersebut. Beliau merupakan wakil presiden Indonesia yang kedua pada masa pemerintahan Soeharto. Beliau menolak saat dicalonkan kembali menjadi wakil presiden disaat masa jabatannya sudah habis. Beliau lebih memilih untuk kembali pada masyarakat Yogyakarta. Hal ini membuktikan bahwa beliau adalah orang yang tidak haus kekuasaan. Padahal apabila, beliau menerima tawaran tersebut, beliau akan memiliki kedudukan yang tinggi di pemerintahan.
            Selain dalam pemerintahan, sumbangsih beliau untuk Indonesia masih ada banyak yang lainnya, salah satunya adalah beliau sebagai penggerak pramuka di Indonesia. Beliau, selain menjadi Sultan Yogyakarta, Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional Indonesia, pun dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia layak mengingat aktivitasnya di dunia kepramukaan (kepanduan) sebelum Gerakan Pramuka lahir (sebelum 1961), saat pendirian Gerakan Pramuka, maupun awal-awal perjalanan Gerakan Pramuka. Berkat pemikiran dan kebijakan yang diambilnya Gerakan Pramuka bisa menjadi seperti sekarang ini. Karenanya sejarah kepramukaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Bapak Pramuka Indonesia, Hamengkubuwana IX.
            Seorang tokoh idola adalah orang yang mampu menjaga wibawa nya,mampu menjaga lisan nya, menjaga kehormatannya dan mampu untuk bahkan menjaga kehormatan orang lain. Serangan umum 1 maret di Yogyakarta sampai saat ini orang mengetehuinya sebagai ide dari Soeharto. Namun sesungguhnya, sri sultan Hamengkubuwono lah sang pencetus ide tersebut. Beliau sama sekali tidak pernah menyinggung ataupun memprotes hal tersebut disaat Soeharto disanjung-sanjung sebagai pencetus ide serangan umum 1 maret. Beliau hanya diam dan membiarkan hal tersebut sampai kemudian hal tersebut terungkap di buku beliau, yaitu “Takhta Untuk Rakyat”.
            Tokoh idola yang baik adalah sosok yang mengajarimu tentang sebuah kejujuran. Menjadi seorang pemimpin bukan asal pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mengakui kesalahannya dan juga menerapkan bahwa hukum yang berlaku itu tidak pandang bulu. Hal ini tercermin dari sri sultan hamengkubuwono IX. Pada pertengahan tahun 1960-an sri sultan hamengkubuwono pernah salah masuk jalur satu arah dengan mobil nya.  Saat beliau dihentikan oleh polisi yang berjaga, beliau pun mengaku bersalah bahkan beliau tidak marah pada polisi yang menghentikannya. Beliau tidak menggunakan posisinya sebagai sultan Yogyakarta untuk mengelak dari hukum.

            Seperti itulah, sosok sultan Hamengkubuwono yang sangat menginspirasi saya sebagai penulis dan kita semua sebagai generasi muda bangsa. Amat jarang pemimpin saat ini yang mewarisi sifat-sifat seperti beliau. Kita, sebagai generasi muda yang akan membangun bangsa, sudah seharusnya memiliki tokoh idola yang mampu menjadi tauladan yang baik bagi kita, serta bangsa dan Negara. Bukan kepopuleran yang membuat seseorang menjadi sosok idola, namun apa yang mereka miliki dan telah mereka berikan pada bangsa dan Negara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar