HAMENGKUBUWONO
IX
(ESSAY
KEPEMIMINAN TOKOH IDOLA)
Seorang tokoh idola adalah seseorang
yang mampu menginspirasi dan menjadi teladan bagi orang-orang yang
mengidolakannya. Baik atau buruk nya tokoh idola tersebut akan tercermin dari
orang-orang yang mengidolakan tokoh tersebut. Ironisnya, ketika remaja saat ini
ditanya siapa tokoh idola mereka, sebagian besar dari mereka akan menjawab nya
dengan tokoh-tokoh dunia hiburan, yang bahkan bukan berasal dari negara Indonesia
sendiri. Amat jarang dari mereka yang mengidolakan seorang tokoh lokal. Padahal
apabila ditelusuri lebih jauh, sumbangsih tokoh-tokoh lokal untuk negara
Indonesia ini sejak masa perjuangan hingga terbentuknya NKRI sangatlah besar.
Sementara itu, apa yang sudah para tokoh
idola remaja masa kini lakukan atau berikan untuk Indonesia kita tercinta? Oleh
sebab itu lah, disini saya akan membahas salah satu tokoh lokal idola saya,
yaitu sultan Hamengkubono IX.
Beliau lahir di Yogyakarta, pada 12
April 1912. Wafat di Amerika Serikat, pada 3 Oktober 1988 dan dimakamkan di Imogiri,
Yogyakarta. Ia adalah Raja Yogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyan
Dalem Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panata Gama yang
dinobatkan pada bulan Maret 1940. Sri Sultan yang memiliki nama kecil Gusti Raden
Mas Dorodjatun adalah seorang yang berpendirian tegas dan nasionalis sejati.
Dua hari setelah proklamasi Sri Sultan mengirimkan telegram ucapan selamat
kepada Soekarno Hatta dan menyatakan bahwa kerajaan Yogyakarta adalah bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian diikuti oleh
raja-raja Surakarta yakni Paku Alaman dan Mangkunenggaran pada tanggal 1
September 1945.
Sosok seorang pemimpin yang ikhlas dan tanpa pamrih
memang tergambar jelas dalam diri beliau. Meski ia seorang raja, jiwa besar Sri Sultan
Nampak ketika ia ikhlas dan tanpa pamrih menerima jabatan sebagai Menteri
Negara demi kepentingan rakyat banyak. Yogyakarta kemudian ditetapkan sebagai
Ibu Kota Negara dengan pertimbangan keamanannya lebih baik daripada Jakarta. Sri Sultan
Hamengkubuwono IX adalah tokoh yang turut membantu perjuangan pergerakan
Indonesial. Beliau membiayai dan memberikan tenaga dan pikiran beliau saat ibu
kota NKRIdipindahkan ke Yogyakarta. Banyak sumbangsih yang telah beliau berikan
pada saat itu. Bahkan saat pelantikan presiden RIS (Republik Indonesia
Serikat), beliau bersedia menyediakan
tempat di keratin Yogyakarta, yaitu di sithinggil.
Seorang pemimpin yang
baik adalah seorang pemimpin yang merakyat dan tidak haus kekuasaan. Sri sultan
adalah contoh nyata dari sosok tersebut. Beliau merupakan wakil presiden
Indonesia yang kedua pada masa pemerintahan Soeharto. Beliau menolak saat
dicalonkan kembali menjadi wakil presiden disaat masa jabatannya sudah habis.
Beliau lebih memilih untuk kembali pada masyarakat Yogyakarta. Hal ini
membuktikan bahwa beliau adalah orang yang tidak haus kekuasaan. Padahal
apabila, beliau menerima tawaran tersebut, beliau akan memiliki kedudukan yang
tinggi di pemerintahan.
Selain dalam pemerintahan,
sumbangsih beliau untuk Indonesia masih ada banyak yang lainnya, salah satunya
adalah beliau sebagai penggerak pramuka di Indonesia. Beliau, selain menjadi Sultan
Yogyakarta, Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional
Indonesia, pun dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sebagai Bapak Pramuka Indonesia layak mengingat aktivitasnya di dunia
kepramukaan (kepanduan) sebelum Gerakan Pramuka lahir (sebelum 1961), saat
pendirian Gerakan Pramuka, maupun awal-awal perjalanan Gerakan Pramuka. Berkat
pemikiran dan kebijakan yang diambilnya Gerakan Pramuka bisa menjadi seperti
sekarang ini. Karenanya sejarah kepramukaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok
Bapak Pramuka Indonesia, Hamengkubuwana IX.
Seorang
tokoh idola adalah orang yang mampu menjaga wibawa nya,mampu menjaga lisan nya,
menjaga kehormatannya dan mampu untuk bahkan menjaga kehormatan orang lain.
Serangan umum 1 maret di Yogyakarta sampai saat ini orang mengetehuinya sebagai
ide dari Soeharto. Namun sesungguhnya, sri sultan Hamengkubuwono lah sang
pencetus ide tersebut. Beliau sama sekali tidak pernah menyinggung ataupun
memprotes hal tersebut disaat Soeharto disanjung-sanjung sebagai pencetus ide
serangan umum 1 maret. Beliau hanya diam dan membiarkan hal tersebut sampai
kemudian hal tersebut terungkap di buku beliau, yaitu “Takhta Untuk Rakyat”.
Tokoh
idola yang baik adalah sosok yang mengajarimu tentang sebuah kejujuran. Menjadi
seorang pemimpin bukan asal pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau
mengakui kesalahannya dan juga menerapkan bahwa hukum yang berlaku itu tidak
pandang bulu. Hal ini tercermin dari sri sultan hamengkubuwono IX. Pada
pertengahan tahun 1960-an sri sultan hamengkubuwono pernah salah masuk jalur
satu arah dengan mobil nya. Saat beliau
dihentikan oleh polisi yang berjaga, beliau pun mengaku bersalah bahkan beliau
tidak marah pada polisi yang menghentikannya. Beliau tidak menggunakan
posisinya sebagai sultan Yogyakarta untuk mengelak dari hukum.
Seperti
itulah, sosok sultan Hamengkubuwono yang sangat menginspirasi saya sebagai
penulis dan kita semua sebagai generasi muda bangsa. Amat jarang pemimpin saat
ini yang mewarisi sifat-sifat seperti beliau. Kita, sebagai generasi muda yang
akan membangun bangsa, sudah seharusnya memiliki tokoh idola yang mampu menjadi
tauladan yang baik bagi kita, serta bangsa dan Negara. Bukan kepopuleran yang
membuat seseorang menjadi sosok idola, namun apa yang mereka miliki dan telah
mereka berikan pada bangsa dan Negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar