Kamis, 28 April 2016

CONTOH ESSAY


Degradasi Daerah Resapan Air di Wilayah UGM dan Sekitarnya
Farida Prasasti D.R
(dibuat dalam rangka mengikuti seleksi Geography Study Club)


                Bulan November di tahun 2015 ini menjadi awal memasuki musim hujan di Indonesia, khususnya wilayah Yogyakarta.  Banyak hal yang perlu diwaspadai pada bulan ini, selain karena merupakan musim pancaroba yang rawan akan penyakit, juga perubahan alam pun patut diwaspadai. Salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah genangan air yang cukup tinggi atau bisa disebut banjir mendadak di sepanjang jalan kaliurang, menuju perempatan Fakultas Teknik UGM, dan perempatan Kaliurang sendiri. Kondisi jalan yang tidak proporsional membuat nya tergenang air setinggi kurang-lebih 10 cm setiap kali hujan deras turun. Banjir mendadak tersebut seolah telah mengalihfungsikan badan jalan sebagai aliran selokan mataram. Penyebab dari semua itu memang salah satunya adalah topografi nya, tapi apabila ditelaah lebih jauh, ada hal lain yang menjadi penyebab dari masalah tersebut. Hal lain tersebut adalah kurangnya daerah resapan air di wilayah UGM dan Kaliurang.
            Kembali ke tahun saat UGM didirikan, hanya terdapat 6 fakultas yang ada di UGM, dan sekarang sudah terdapat 18 fakultas dengan 2 sekolah, yaitu sekolah vokasi dan pascasarjana (Sutaryo, 2008). Apabila kita bandingkan, maka tentu saja luas daerah kosong yang menjadi resapan air dulu dan sekarang telah jauh berkurang seiring dengan gencarnya pembangunan di sana-sini. Sekarang, jika kita berkeliling wilayah UGM dari ujung ke ujung, sebagian besar wilayahnya telah dibangun gedung-gedung fakultas dan fasilitas kampus, sebagiannya lagi tertutup paving block atau sejenisnya. Hanya sedikit dari wilayah UGM yang masih bebas pembangunan dan penutupan lahan. Keberadaan hutan kecil di sekitar balairung dan fakultas biologi UGM, menjadi satu-satu nya titik hijau di wilayah UGM. Sementara pada daerah Kaliurang sekitar UGM sendiri, yakni dari km 4,5 ke utara, sudah bisa dipastikan tidak ada lagi green spot yang tersisa. Jejeran pertokoan, mall, minimarket hingga supermarket, serta pemukiman menjadi pemandangan yang tersaji di sepanjang jalan kaliurang. Jika sudah begitu, maka merupakan hal yang tidak perlu diherankan lagi apabila saat memasuki musim penghujan, badan jalan beralihfungsi menjadi aliran selokan mataram.
            Keberadaan daerah resapan air merupakan hal yang seharusnya tersedia pada setiap wilayah. Apabila daerah resapan air yang ada tidak sesuai atau kurang, maka akan berdampak pada wilayah disekitarnya. Daerah resapan air berfungsi sebagai tempat infiltrasi air hujan kedalam tanah untuk nantinya menjadi persediaan sumber mata air (Ida Narulita et al, 2007). Berkurangnya daerah resapan air selain membuat fenomena banjir “mendadak” di beberapa titik saat musim hujan, juga  menyebabkan kekeringan dan kekurangan air disaat musim kemarau akibat berkurangnya sumber mata air tanah. Sayangnya, kebanyakan orang justru tidak pernah berfikir atau menyadari hal tersebut.
            Daerah resapan air selama ini selalu identik dengan daerah yang merupakan lapangan tanah kosong. Sehingga kebanyakan orang justru merasa keberatan karena menghindari jalan “becek” disaat hujan atau merasa itu hal yang tidak mungkin untuk disediakan di daerah perkotaan pada saat ini. Padahal, daerah resapan air juga bisa berupa tanah yang ditumbuhi rumput atau pepohonan. Hal fatal yang sedang terjadi saat ini adalah bahwa banyak orang berfikir bahwa taman atau tempat kosong yang dilapisi paving block atau sejenisnya akan terlihat lebih rapi daripada dibiarkan kosong. Padahal, apabila lahan kosong yang ada tidak di lapisi paving block, melainkan ditanami oleh rerumputan, pepohonan kecil dan tanaman berbunga lainnya, hal itu akan menjadi multi manfaat bagi kehidupan umat manusia. Manfaat yang pertama adalah lahan tersebut bisa dijadikan sebagai daerah resapan air. Kemudian ada juga manfaat yaitu untuk memperindah tempat daripada hanya berupa lahan kosong berlapis paving block.
Namun, ada juga manfaat yang banyak orang justru tidak menyadari hal itu. Apabila taman atau lahan kosong sesempit apapun itu ditanami rumput atau tanaman lain, hal itu bisa membantu pengurangan pencemaran udara. Produksi O2 oleh tanaman ditentukan oleh luas permukaan daun yang berfotosintesis. Tanpa kita sadari lahan kosong seluas 1m2 yang ditanami rerumputan, mampu menghasilkan O2 dengan besar yang sama oleh 1 pohon. Hal itu disebabkan luas permukaan daun untuk fotosintesisnya sama. Rumput dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah, mencegah terjadinya erosi tanah. Erosi terjadi karena adanya air dipermukaan tanah. Jika permukaan tanah dalam keadaan gundul maka air tersebut akan diteruskan mengalir kearah permukaan tanah yang lebih rendah dengan disertai pengikisan tanah. Namun jika permukaan tanah tersebut terdapat rumput maka air akan masuk lewat perakaran rumput dan tersimpan didalam tanah, kalaupun ada aliran air, air tersebut berasal dari hasil resapan dalam tanah sehingga proses erosi tanah kecil. Jadi, selain menjadi daerah resapan air, lahan berumput juga mampu menjadi pasokan O2 yang menjanjikan (Afrizal, 2014).
            Melihat realita saat ini di wilayah UGM dan sekitarnya, daerah yang kosong justru kebanyakan dilapisi oleh paving block dan sejenisnya. Tidak banyak orang yang memikirkan  keberadaan daerah resapan air yang minim dan memprihatinkan saat ini. Padahal, masalah-masalah yang terjadi karena kurangnya daerah resapan air, sudah dan secara kontinu terjadi di wilayah UGM dan sekitarnya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan, dengan kata lain, tidak ada yang mempedulikan akan porsi daerah resapan air yang seharusnya dipenuhi di wilayah UGM dan sekitarnya, maka masalah kekurangan air saat kemarau serta beralih fungsinya badan jalan Kaliurang menjadi aliran selokan mataram akan terus berlanjut. Bahkan bisa jadi masalah baru akan muncul karenanya.




Daftar Pustaka
Afrizal dan Iwan. 2014. http://sappk.itb.ac.id/jpwk1/wpcontent/uploads/2014/04/V1N2379-389.pdf . diakses pada 13 November 2015


Sutaryo; Suratman Woro. 2008. ” Sejarah Lahirnya Universitas Perjuangan Universitas Gadjah Mada”: Senat Akademik UGM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar