Senin, 21 Mei 2018

Erupsi Merapi, Permasalahan Evakuasi, dan Kesiapan Penduduk

Gambar 1. Erupsi Merapi Mei 2018
            Mendengar kata Merapi maka hal yang terlintas adalah erupsi gunung berapi tersebut di tahun 2010 yang menjadi salah satu bencana terbesar di DIY-Jawa Tengah. Terhitung sejak tahun 2010, maka tahun 2018 adalah 8 tahun Merapi mengalami masa dorman dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda untuk erupsi yang selanjutnya. Periode dorman Merapi adalah 2-7 tahun dengan masa dorman yang semakin lama maka semakin besar intensitas erupsinya, sehingga erupsi Merapi yang selanjutnya bisa sama seperti tahun 2010 atau bahkan lebih besar dari tahun 2010. Awal Mei 2018, Merapi mulai sudah mulai menunjukkan tanda-tanda keaktifannya kembali, hingga per-21 Mei 2018 status normal nya ditingkatkan oleh BPPTKG Yogyakarta. Pertanyaannya adalah apakah masyarakat sudah siap untuk menyambut kembali kehadiran Merapi atau justru masih terlena.
            Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam erupsi Merapi 2010 adalah pada proses evakuasi penduduk di zona bahaya. Memberi pengertian kepada masyarakat bahwa daerah yang mereka tinggali adalah zona bahaya memang membantu dalam mitigasi bencana saat kejadian erupsi terjadi. Proses evakuasi  adalah hal yang krusial, namun hendaknya relawan dan dinas terkait juga memperhatikan kondisi sosial dan budaya di daerah setempat. Evakuasi sering terhambat karena terkadang penduduk justru lebih mementingkan mengevakuasi hewan ternak nya dibanding mengevakuasi diri sendiri. Selain itu, sulitnya mengevakuasi golongan penduduk usia senja biasanya justru terjadi karena tim evakuasi kurang memperhatikan budaya yang ada. Penduduk usia senja cenderung lebih mempercayai kepala pemerintah lokal seperti kepala desa atau orang yang ditetuakan dibanding orang luar. Sehingga untuk mencapai evakuasi yang efisien, seharusnya dilakukan kerjasama dengan pemerintah lokal agar penduduk dapat mengetahui skala prioritas evakuasi.
Gambar 2. Proses Evakuasi Merapi 2010

            Bencana erupsi gunungapi merupakan proses alam yang sulit untuk diprediksi. Meskipun demikian pola aliran lava, lahar dan lahar dingin dapat diketahui dari erupsi yang sebelumnya. Pemetaan zona-zona rawan aliran lava dan aliran lahar adalah salah satu tindakan prevensi yang dapat dilakukan. Kesiapan masyarakat dalam menyongsong erupsi Merapi yang selanjutnya dapat ditinjau dari dampak yang akan ditimbulkan saat erupsi, yaitu dengan tidak adanya korban jiwa. Minimnya korbam jiwa akan merepresentasikan suskses nya program mitigasi bencana oleh pemerintah dan dinas terkait. Kerugian ekonomi dan infrastruktur memang tidak dapat dielakkan, namun korban jiwa dapat diminimalisir bahkan ditiadakan apabila masyarakat memang sudah siap. Kesiapan tersebut dapat dicapai dengan memaksimalkan proses evakuasi dan penentuan posko-posko tanggap darurat di tempat yang tepat sasaran. Kejadian seperti adanya korban jiwa akibat terhambatnya evakuasi atau dipindahnya posko pengungsian karena ternyata masih berada dalam zona bahaya diharapkan tidak terjadi lagi. Untuk itu, seluruh lapisan masyarakat dan juga jajaran pemerintah daerah sebaiknya segera bersiap-siap untuk merealisasikan “no fatalities” pada erupsi Merapi yang selanjutnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar