Gambar 1. Erupsi Merapi Mei 2018
Mendengar kata Merapi maka hal yang terlintas adalah
erupsi gunung berapi tersebut di tahun 2010 yang menjadi salah satu bencana
terbesar di DIY-Jawa Tengah. Terhitung sejak tahun 2010, maka tahun 2018 adalah
8 tahun Merapi mengalami masa dorman dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda
untuk erupsi yang selanjutnya. Periode dorman Merapi adalah 2-7 tahun dengan
masa dorman yang semakin lama maka semakin besar intensitas erupsinya, sehingga
erupsi Merapi yang selanjutnya bisa sama seperti tahun 2010 atau bahkan lebih
besar dari tahun 2010. Awal Mei 2018, Merapi mulai sudah mulai menunjukkan
tanda-tanda keaktifannya kembali, hingga per-21 Mei 2018 status normal nya
ditingkatkan oleh BPPTKG Yogyakarta. Pertanyaannya adalah apakah masyarakat
sudah siap untuk menyambut kembali kehadiran Merapi atau justru masih terlena.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam erupsi Merapi
2010 adalah pada proses evakuasi penduduk di zona bahaya. Memberi pengertian
kepada masyarakat bahwa daerah yang mereka tinggali adalah zona bahaya memang
membantu dalam mitigasi bencana saat kejadian erupsi terjadi. Proses
evakuasi adalah hal yang krusial, namun
hendaknya relawan dan dinas terkait juga memperhatikan kondisi sosial dan
budaya di daerah setempat. Evakuasi sering terhambat karena terkadang penduduk
justru lebih mementingkan mengevakuasi hewan ternak nya dibanding mengevakuasi
diri sendiri. Selain itu, sulitnya mengevakuasi golongan penduduk usia senja
biasanya justru terjadi karena tim evakuasi kurang memperhatikan budaya yang
ada. Penduduk usia senja cenderung lebih mempercayai kepala pemerintah lokal
seperti kepala desa atau orang yang ditetuakan dibanding orang luar. Sehingga untuk
mencapai evakuasi yang efisien, seharusnya dilakukan kerjasama dengan
pemerintah lokal agar penduduk dapat mengetahui skala prioritas evakuasi.
Gambar 2. Proses Evakuasi Merapi 2010
Bencana erupsi gunungapi merupakan proses alam yang sulit
untuk diprediksi. Meskipun demikian pola aliran lava, lahar dan lahar dingin
dapat diketahui dari erupsi yang sebelumnya. Pemetaan zona-zona rawan aliran
lava dan aliran lahar adalah salah satu tindakan prevensi yang dapat dilakukan.
Kesiapan masyarakat dalam menyongsong erupsi Merapi yang selanjutnya dapat
ditinjau dari dampak yang akan ditimbulkan saat erupsi, yaitu dengan tidak
adanya korban jiwa. Minimnya korbam jiwa akan merepresentasikan suskses nya
program mitigasi bencana oleh pemerintah dan dinas terkait. Kerugian ekonomi
dan infrastruktur memang tidak dapat dielakkan, namun korban jiwa dapat
diminimalisir bahkan ditiadakan apabila masyarakat memang sudah siap. Kesiapan
tersebut dapat dicapai dengan memaksimalkan proses evakuasi dan penentuan
posko-posko tanggap darurat di tempat yang tepat sasaran. Kejadian seperti
adanya korban jiwa akibat terhambatnya evakuasi atau dipindahnya posko
pengungsian karena ternyata masih berada dalam zona bahaya diharapkan tidak
terjadi lagi. Untuk itu, seluruh lapisan masyarakat dan juga jajaran pemerintah
daerah sebaiknya segera bersiap-siap untuk merealisasikan “no fatalities” pada erupsi Merapi yang selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar